- Inovasi Spray Luka Bakar Siswa MAN 4 Bantul Ciptakan Spray dengan SPF untuk Sembuhkan Lindungi Kulit
- Optimalisasi Energi Panas Dua Siswi MAN 4 Bantul Hadirkan Solusi Inovatif Energi Terbarukan
- Estafet Kepemimpinan KKMA Bantul, Syaefulani Nahkodai Kolaborasi Madrasah Menuju Era Baru
- Rohis MAN 4 Bantul Hadiri FORKAB 2025, Semangat Ukhuwah Menggema di Masjid Agung Manunggal
- Matangkan Persiapan, MAN 4 Bantul Gelar Gladi untuk Suksesnya ANBK Agustus Mendatang
- Kuatkan Sinergi, MAN 4 Bantul Gelar Rapat Revitalisasi Komite Demi Pendidikan Bermutu
- Satu-Satu Menyetor, Semua Dibina: BTQ MAN 4 Bantul Hadirkan Suasana Khidmat di Setiap Kelas
- Dedikasi Tanpa Batas, Drs. Akhid Widi Rahmanta Penjelajah Peta MAN 4 Bantul Terima SK Purnatugas
- Membentuk Generasi Qurani, Tim PAI MAN 4 Bantul Matangkan Teknis Program BTQ
- Generasi Emas Tanpa NAPZA, Siswa MAN 4 Bantul Dapat Penyuluhan Inspiratif dari Forlanza
BRIN Minta Warga Laporkan Sampah Antariksa Cina yang Jatuh

Keterangan Gambar : Hasil analisis yang diperoleh dari space-track.org menunjukkan sampah antariksa bekas roket raksasa CZ-5B melintasi sebelah barat Sarawak saat ketinggiannya sekitar 10 km dari permukaan laut (ditunjukkan oleh panah merah). (BRIN)
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) telah memantau sampah antariksa yang jatuh ke Bumi pada 30 Juli tengah malam. “Alhamdulillah, sampah antariksa besar, bekas roket peluncuran RRT CZ5B berbobot sekitar 20 ton berukuran 30 meter telah terkonfirmasi atmospheric re-entry di Samudra Hindia tadi malam, 30 Juli 2022, pukul 23.45 WIB,” ujar peneliti senior BRIN, Thomas Djamaludin. Sampah tersebut dinilai tidak berbahaya bagi biota laut di Samudra Hindia.
Sebelumnya BRIN telah memperkirakan sampah antariksa itu akan jatuh memasuki Bumi. Sampah antariksa CZ5B, roket bekas peluncuran modul stasiun antariksa RRT, itu diprakirakan jatuh Sabtu-Minggu malam, 30-31 Juli 2022.
Pusat Riset Antariksa BRIN terus memantau perjalanan sampah antariksa itu dan memperkirakan lokasi jatuhnya di lautan. Pemantauan real time bisa diikuti di situs BRIN
http://orbit.brin.go.id/index.php/pemantauan-realtime.
Baca Lainnya :
- Fitur Pencarian di Laman PSE Hilang, Kominfo: Pusat Kerentanan0
- Beranda Nasional Paypal hingga Steam Diblokir, LBH Jakarta Tuding Kominfo Otoriter0
- 2.000 Kader Bakal Kawal Pendaftaran Partai Rakyat Adil Makmur ke KPU0
- Hungaria Jajaki Kerja Sama Lebih Jauh dengan DIY0
- Kawasan Wisata Mangunan Bebas Pungli0
Data menunjukkan bahwa sampah antariksa itu terpantau di Sumatra bagian selatan dan Kalimantan Barat pada ketinggian mendekati 120 kilometer, yang merupakan ketinggian kritis objek antariksa untuk jatuh. "Terpantau, Indonesia di wilayah Sumatra bagian selatan dan Kalimantan Barat terlintasi pada saat-saat akhir lintasan bekas roket,” tulis Thomas.
Ia menerangkan, data orbit dari pemantauan space-track.org menunjukkan titik jatuh di barat daya Indonesia. Ia juga membuka kemungkinan ada pecahan yang tersebar sepanjang lintasan terakhir, saat orbitnya melintasi Sumatra bagian selatan. Bila ada penduduk yang melihat objek langit yang jatuh sekitar pukul 23.45 WIB segera melaporkan ke Pusat Riset Antariksa BRIN melalui email prantariksa@brin.go.id.
Menurut Kepala Pusat Riset Antariksa, Emanuel Sungging Mumpuni, berdasar hasil analisis tim Riset Benda Jatuh Antariksa, sampah antariksa yang telah mengalami atmospheric re-entry tersebut akan jatuh di sekitar wilayah selatan Filipina, dan akan berada pada ketinggian 10 kilometer di atas wilayah Sarawak Malaysia (Panah Merah).
Sungging mengatakan, proses benda jatuh antariksa ini juga berhasil direkam oleh pengamat di Lampung melalui Observatorium Astronomi ITERA Lampung (OAIL).
Sementara itu, di wilayah Malaysia, juga terpantau serpihan roket yang sama. "Serpihan roket berkenaan telah terbakar semasa memasuki ruang udara Bumi dan pergerakan serpihan yang terbakar berkenaan turut melintasi ruang udara Malaysia serta dapat dikesan di beberapa kawasan termasuk melintasi ruang udara sekitar negeri Sarawak," demikian informasi resmi dari Kementerian Sains, Teknologi, dan Inovasi (MOSTI) melalui maklumat tertulis Agensi Angkasa Malaysia (MYSA), pada 31 Juli 2022.
Fenomena ini turut dibuktikan dengan kesaksian dari masyarakat di wilayah Malaysia yang berhasil merekam fenomena tersebut dari perangkat seluler mereka dan menjadi viral.
